Visitor

Minggu, 23 September 2012

2 Hari yang Melelahkan

Takdir ini menimpa gue saat gue sedang seru-serunya nonton dvd street dance 1 bajakan (jangan ditiru!!). Sebenernya gue udah pernah nonton Street Dance 1, tapi karena filmnya itu seruuuuuuu abiis, gue pun menontonnya berulang-ulang. Jadi, saat gue sedang seru-serunya nonton bareng ibu dan adek gue, tiba-tiba mbak gue mengetuk pintu kamar. “Bun, Kita pulang ya” izin ketiga mbak gue yang sudah rapi ditambah senyum sumringah yang seakan berkata, “Yes! Akhirnya gue bisa mudik! Bebas juga dari penderitaan kerja di rumah ini!”. Dan senyum sumringah ketiga mbak gue itu gue bales dengan senyum kecut. Yak, jika ketiga mbak gue yang dermawan dan tidak sombong (ini gue ngebagus-bagusin mbak gue biar dikasih pulsa gratis:’D) itu mudik, berarti gue harus.... NGASUH ADEK-ADEK GUE YANG UNYUNYA MELEBIHI 2 GORILA RABIES!!! Ini saatnya gue harus kayang!! *kayang-di-atas-kandang-gorila*.
Beberapa jam kemudian....
“KAKAK AYO KITA BERANTEM HAHAHA!!!” “AAA KAKAAAK TOLONGIN!!!” “KAKAK!! TEMENIN PIPIS!!” “KAKAKK!!!! AKU MAU BEREVOLUSI JADI GORILA!!! (Ini tidak nyata.)” “KAKAAK!! FAIZ NAKAAL!” “KAKAAK!! KE INDOMARET YUUKK” “KAKAAK!!” “KAKAAK!!”
Gue: *purapuramati*
Jadi akhirnya gue dan Danu setim melawan Faiz. Kita bertiga bertanding di atas kasur di kamar Faiz. “Peraturannya... satu, gak boleh jambak!” kata gue. Danu dan Faiz mengangguk memasang wajah serius. Muka mereka menandakan bahwa mereka berdua siap menyerang. Gue takut. Apakah gue siap menghadapi gorila-gorila sangar ini? “Peraturan kedua, no pukul pukul bagian terlarang!” kata Faiz. “Siapa juga yang mau?” tanya gue. “Aku takut di cute!!! *nangis*”. Gue kasian sama adek gue yang satu ini. Pergaulan memang bisa menjatuhkan mental. “Ketiga, gak boleh nangis!!” kata gue. “Dan keempat...” gue memelankan suara gue. “Ga boleh ngadu” kata gue berbisik. “OKE!” kata Faiz. “Mari kita mulai!” teriak gue. Dan akhirnya peperangan pun dimulai. Kemenangan diraih oleh gue dan Danu. Ay ay Captain! Dan serius, pas berantem itu, Faiz jadi gorila. Dia make bantal kecil di tangannya, terus teriak-teriak kayak orang kesurupan “HU HU HU HU HU” sambil ninju-ninju dadanya. Ternyata adek gue menyimpan sebuah kepribadian yang dijaga dalam hatinya yang terdalam, kepribadian gorila. Dan mungkin hal ini menurun dari kakaknya, secara kan gue adalah jelmaan gorila (gak percaya? Tanya temen gue, Fildza sang Ayam).
Yak, 2 hari itu dipenuhi teriakan melolong dari gue. Hhh gila gue stres ngasuh para adek gue. Tapi akhirnya, gue mudik juga... Jadi... Bebasss wuuhuuu!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar