Visitor

Jumat, 13 Juli 2012

Berburu seekor Kecoa

Kecoa itu hewan kecil. Diinjek aja gepeng terus mati. Tapi siapa sangka gue dan adek-adek gue harus berjuang untuk membuang seekor kecoa?
Ceritanya gini. Malam itu, tanggal 12-07-2012, gue, Ayah gue, dan adek-adek gue yang bernama  Faiz dan Danu lagi seru serunya nonton Anaconda 2 di Trans TV. Pas lagi seru-serunya, tiba-tiba Faiz, adek gue yang paling besar (sekarang kelas 4 SD), berteriak, “ITU ADA KECOOAAAA!!!!”. Sontak gue dan Danu langsung ketakutan. “DIMANAA?!!!” Tanya gue dan Danu. “Ituuu” tunjuk Faiz ke arah pintu. Adek gue yang paling kecil, Danu (Sekarang kelas TK B ) , teriak-teriak heboh. “Mana sih?” tanya gue bingung. “Ituu” tunjuk Faiz lagi. Mata gue menyipit (sok sok sipit). “Gak ada tuh” kata gue yakin. “Itu loohh di celananya ayah” kata adek gue. “MANA??!!” tanya ayah gue kaget menepuk nepuk celana yang dipakenya.. Mata gue fokus pada celana yang lagi ayah gue pake. Gak ada apa-apa. “BUKAN CELANA YANG LAGI DIPAKE AYAH! TAPI CELANA AYAH YANG LAGI DIGANTUNG dI PINTU!!” teriak Faiz mulai mengamuk. “MANA?” tanya gue lagi. “ITU LOH DI CELANA AYAH YANG PUTIH!” tunjuk Faiz lagi sambil berteriak di kuping gue. “HEH! JANGAN TERIAK TERIAK DI KUPING GUE!” marah gue. “Tadi siapa yang bikin aku marah?” tanya Faiz. “Kakak” jawab gue”. “Berarti yang salah siapa?” tanya Faiz. Gue diem. “Kakak” jawab gue. Faiz tersenyum puas.
Akhirnya gue melihat binatang kecil berwarna cokelat yang disebut kecoa lagi berjalan di celana putih milik ayah gue. “Kakak, Faiz, Danu” panggil Ayah. “Apa?” tanya gue dan adek adek gue. “Kalian kan udah gede, ayo ambil kecoanya, terus buang di tong sampah!!” perintah ayah gue. “APA??!!” seru gue dan Faiz. Danu cuma bengong. “LAKSANAKAN!” perintah ayah gue. “Tapi Yah..” ucapan gue terpotong. “Ga ada tapi-tapi, LAKSANAKAN!” perintah ayah gue. “Iya Ayah” gue dan Faiz mengangguk pasrah.
Kecoa itu sekarang lagi ada di pinggiran lemari. Faiz mengambil sapu lidi. “SERAANG!” kata Danu. Faiz memukul kecoa itu hingga jatuh ke lantai. Badan kecoa itu lalu kebalik. “YES!!” sorak gue, Faiz, dan Danu. “Siapa yang mau ngambil?” tanya gue. “Jangan akuu.. Danu aja” tolak adek gue. “Danu?” tanya gue. “OGAH!” teriak Danu. “Kakak juga gamauuuu” kata gue. “Coba pakein tisu dulu!” perintah gue. Faiz pun mengambil selembar tisu dan dilemparkannya pada kecoa itu. Ternyata tuhan berkehendak lain.KECOANYA BISA NGEBALIKIN DIRI LAGI!!! JADI BISA GERAK LAGI!! No way... (Tambahin backsound yaa yang menegangkan).
“Pukul lagi!!” kata gue. Faiz pun mengambil sapu lidi dan memukul kecoa itu. kecoa itu pun kebalik lagi. Fyuh. “Gimana nih kak? Kalo kita kasih tisu, nanti kecoanya kebalik lagi” ratap Faiz. “Kakak tau!” kata gue. Gue pun mengambil lakban. “Kita kurung aja pake ini. Kan lakban bentuknya bulet gitu, jadi kecoanya pas udah dikasih tisu, langsung dikasih ni lakban. Jadi kecoanya ga bisa gerak deh” Kata gue. “O IYA!! Ya udah kak cepetan!” suruh Faiz. “Kamu aja! Kakak takut!” tolak gue. “Iihh yang ngusulin siapa?” tanya Faiz. “Kakak” jawab gue. “Berarti yang ngejalanin usulnya harus siapa?” tanya Faiz. Gue diem. “Yang cowok tertua siapa?” tanya gue membalas. “Aku” jawab Faiz. “Berarti yang harus berani siapa?” tanya gue. “FINE” jawab Faiz. Gue tersenyum penuh kemenangan. “Tapi kak.. aku kan udah kerja... tadi aku udah mukul pake sapu lidi” kata Faiz. “Oke.. kakak kan juga udah bantu mikir... Kakak pake otak woy” kata gue. “Berarti..” kata gue dan Faiz sambil melirik Danu. “DANU! CEPAT LAKSANAKAN!” perintah gue. “GA MAUUUUU” teriak Danu sambil berlari ke luar. Mati gue.
“Okeh, kita pake sarung tangan aja!” saran Faiz. “Oke. Sana ambil sarung tangan kipermu!” perintah gue. Faiz pun mengambil sepasang sarung tangan buat kiper. “Ayo ambil!” perintah gue. “Iyaa” kata Faiz. Faiz pun perlahan-lahan mengambil tisu berisi kecoa itu, tapi KECOANYA KABUR! Kaburnya pun ke kamar mandi. “FAIZ!! SAPU LIDI!!” perintah gue. Faiz pun mengambil sapu lidi dan memukul kecoa itu (lagi). Dan kecoa itu pun kebalik (lagi). “Aduuh kakak ga tau lagi harus gimana” kata gue. “Pake kotak tisu aja!” usul Danu. “ENGGAK! Nanti kotor!” tolak gue mentah-mentah. “KAKAK TAU! Pake baygon aja!” saran gue. “KENAPA GA DARI TADI?” tanya Faiz sambil mengambil baygon. “Aku aja yang nyemprot” kata Danu. “Aku duluan!” kata Faiz. Faiz pun menyemprot kecoa itu. “Oke sekarang Danu” kata gue. Danu pun menyemprot kecoa itu dengan baygon, dan sangat napsu. Banyak banget nyemprotnya, nyampe kecoanya tenggelem. “DANU! Jangan banyak banyak!” marah gue. “Biar kecoanya mati!” bela Danu. “Udahlah ayo kita buang. Kecoanya udah pingsan” usul Faiz. Faiz pun mengambil kecoa itu dengan tisu, lalu membuangnya ke tong sampah. Huftt akhirnya selesai juga. Terima kasih tuhan :”)
Hikmah: Jangan sekali-kali meremehkan kecoa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar